Langsung ke konten utama

Matahari Saksi Kehidupan

Matahari belum muncul dan menyapa bumi
Engkau sudah membumbungkan asap untuk mempersiapkanku
Ya, aku yang engkau persiapkan bukan dirimu sendiri
Mempersiapkanku untuk membuat matahari malu

Asap muncul dari panci di atas api
Sembari menyiapkan semua yang akan aku bawa dan pakai dengan rapi
Yang aku perlukan hanya bangun dari tidur dan motivasi
Hal yang kulakukan untuk mengejar ilmu dan mengalahkan matahari

Aku berjalan gagah menantang matahari yang belum muncul
Senyuman tersungging atas kemenangan melawan matahari
Tetapi aku kalah melawan engkau yang sedang bersama asap mengebul
Ciuman pada tangan kububuhkan tanda mengakui kekalahan

Matahari bangga dikalahkan oleh diriku
Matahari selalu bangga dikalahkan mahkluk lain
Aku pun bangga dengan kekalahanku
Aku akan mengalahkan engkau di hari lain

Semua kekalahan ini tidak berujung dendam
Kekalahanku menunjukkan betapa sayangnya dia pada diriku
Semua rasa ini masih kuingat dalam hatiku yang terdalam
Perasaan yang muncul dan ada dulu

Sekarang engkau selalu kalah dari diriku
Padahal aku masih tetap menang melawan matahari
Bahkan saat matahari sudah tinggi engkau masih ada di ranjangmu
Ini semua karena kesehatanmu yang semakin menurun kian hari

Sekarang engkau berada di posisiku ketika aku masih kecil
Tetapi engkau tidak bangun untuk mengalahkan matahari atau mencari ilmu
Engkau bangun untuk mensyukuri setiap detik kehidupan yang dialami
Hidup yang semakin dimakan usia karena usia tak pandang bulu

Aku memang tidak mempersiapkanmu untuk membuat matahari malu
Tapi aku mengurusimu seperti engkau mengurusi aku dulu
Kasih sayangmu masih membekas dihatiku dan kucontoh selalu
Aku sudah mengalahkanmu sekarang seperti janjiku dulu

Sebentar lagi aku mempersiapkanmu untuk tidurmu yang panjang
Kau tidak akan lagi kalah melawan matahari
Ke tempat yang disebut nirwana kata orang-orang
Dan aku tidak tahu apakah matahari bersinar seperti di sini

Meskipun tiada engkau di sini, engkau bersemayam di dalam diriku
Bukan ragamu, tapi caramu mempersiapkanku melawan matahari
Semua persiapan yang dulu engkau lakukan adalah bukti cintamu
Persiapanmu dulu sekarang membuatku menjadi manusia hakiki

Kini aku sudah memiliki keluarga kecil yang siap menantang matahari
Matahari melihat aku membumbungkan asap untuk mempersiapkan anakku
Ya, anakku yang aku persiapkan bukan diriku sendiri

Mempersiapkannya untuk membuat matahari malu

CBA
20 Januari 2013


Puisi ini adalah karya yang kubuat berbarengan dengan cerpen 'Sesuai Keinginanmu' dan baru saja kutemukan di laptop lama ibuku yang sempat rusak keyboardnya. Temanya juga sama dengan cerpen yang dulu, cinta kepada keluarga. Baca puisi ini rasanya sudah lama gak menulis di luar tulisan akademik, haha.. Jadi pengin buat cerpen lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak dan Ibunya yang sedang Menyulam

Seorang anak melihat ibunya sedang menyulam di ruang tamu. Sang ibu duduk di sebuah kursi santai dan mulai menyulam dengan tenang. Tampak telaten ibu tersebut memasukkan benang ke dalam jarum, mulai menusukkan jarum ke kain sulamannya, dan mulai menyulam perlahan-lahan. Sang anak yang penasaran dengan apa yang ibunya lakukan mendatangi ibunya. Dia berlari kecil ke hadapan ibu, dan menarik-narik celana ibunya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. "Ibu ibu, sedang apa sih ibu?". "Ibu sedang menyulam sayang, ibu sedang membuat menyulam gambar seorang anak yang sedang berdoa.". "Ooohhh, hebat sekali ibu." Jawab anak tersebut dengan kagum. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum mendengar komentar anaknya. Tidak berapa lama, anaknya kembali bertanya kepada ibunya "Bu, kok sulamannya tidak berbentuk seperti anak yang sedang berdoa? Kelihatannya malah seperti benang kusut?". Ibunya diam saja namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang berada di

Sindroma Kepala Dua

Hal pertama yang kulakukan sebelum aku menulis postingan ini adalah mengganti judul blog ini. Gak tahu ya hal simpel ini cukup bermakna buatku. Entah kenapa aku memiliki keinginan yang besar untuk menulis sekarang. Tapi aku tidak tahu apa yang ingin kutulis, jadi aku akan mengeluarkan saja semua yang ada di pikiranku sekarang yaa. Baru beberapa hari silam, aku bercengkrama dengan seorang temanku tentang menulis di blog. Aku merasa bahwa tulisanku dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu aku bisa menulis dengan bebas, aku merasa apapun bisa kutulis tanpa mempedulikan apapun, kreativitas bisa kutumpahkan dalam tulisan. Sekarang aku berbeda dengan yang dulu. Aku sekarang lebih memerhatikan gramatika penulisan, aku memerhatikan kohesivitas tulisan dari awal sampai akhir, aku menulis dengan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Aku memang seorang mahasiswa yang mau tak mau harus membuat tulisan-tulisan dengan kaku, perlu mencantumkan sumber, harus memerhatikan berbagai as

Mengejar Trotoar

I've made up my mind, Don't need to think it over If I'm wrong, I am right Don't need to look no further, This ain't lust I know this is love But, if I tell the world I'll never say enough 'cause it was not said to you And that's exactly what I need to do If I end up with you [Chorus] Should I give up, Or should I just keep chasin' pavements? Even if it leads nowhere Or would it be a waste Even if I knew my place Should I leave it there Should I give up, Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere I build myself up And fly around in circles Waitin' as my heart drops And my back begins to tingle Finally, could this be it [Chorus] Or should I give up Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere Or would it be a waste Even if I knew my place Should I leave it there Should I give up Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere Or would