Deus, anak periang, polos dan kekanak-kanakan itu, tak disangka adalah orang yang menyebabkan Aire menangis.
Anak itu sudah SMA namun kelakuan masih seperti anak SMP, dia terlalu jujur akan segala hal, bahkan kata-katanya sering menusuk hati orang, tapi mau bagaimana lagi? Kejujuran memang menusuk hati.
Sedangkan Aire, adalah teman dari Deus sejak SMP, berawal dari teman sekelas, satu kelompok kerja dan akhirnya sahabat. Tapi apa yang terjadi? Mengapa Aire bisa menangis ditangan sahabatnya yang periang itu? Hal itu adalah yang mustahil sepertinya.
Semua ini berawal dari cinta Aire pada seseorang, seorang lelaki yang dianggapnya sempurna, dia adalah orang yang dekat dengan Aire. Awalnya dia tidak memiliki perasaan apapun terhadap dia, namun seiring berjalannya waktu, ada rasa yang tumbuh dari hati Aire. Dia mengira itu hanya rasa kagum, tapi makin lama semakin bertambah dan akhirnya dia tahu itu cinta.
Semakin dia mendekati orang itu, semakin banyak yang dia ketahui. Lalu, dia merasa terpukul yang sangat dalam, ternyata orang itu sudah mencintai orang lain. Menangis, berteriak memanggilnya, memeluknya dan mengatakan 'I love you', itulah yang diharapkan Aire.
Tak kuasa menahan diri, Aire menceritakan semuanya kepada Deus. Awalnya Deus menanggapinya dengan bercanda dengan harapan Aire kembali tersenyum, namun itu sia-sia, senyum Aire tidak kembali.
Melihat Aire seperti itu, tiba-tiba sesuatu terjadi pada Deus. Pada saat itu kelakuan Deus berubah, raut mukanya menjadi serius, wajahnya terlihata seperti orang lain, dia mengatakan hal yang berbeda dari Deus yang biasanya, yang selalu ceria itu.
Dia mengatakan dengan blak-blakan, bahwa rasa cintanya hanya bertepuk sebelah tangan, bahwa Aire hanya orang yang lemah karena bisa ditundukkan dengan mudah oleh cinta, dia mengatakan hal-hal yang menyakitkan Aire, walaupun Aire tahu bahwa yang dikatakan dari mulut Deus adalah benar, jujur, namun menyakitkan.
Aire akhirnya menangis, dia memeluk Deus dan menyuruh Deus berhenti. Dia tidak marah kepada Deus, karena apa yang dikatakan Deus memang benar, bodoh sekali dirinya bisa ditundukkan dengan mudah oleh cinta.
Deus pun menghibur Aire, kembali Deus mengeluarkan leluconnya seperti biasa, dia kembali seperti semula. Aire menatap Deus, wajahnya kembali seperti Deus yang seperti biasa.
Senyum Aire kembali, dengan kelakuan Deus yang kekanakan itu Aire melihatnya menjadi hal yang lucu. Aire akhirnya sadar, buat apa dia menyesali cinta, buat apa dia menyesali kepergian orang yang disukainya di pelukan orang lain, kalau dia memiliki hal yang lebih berharga dari cinta. Yaitu sahabatnya yang jujur, yang berani berkata kebenaran menyakitkan itu, yang merubah kehidupan Aire menjadi seorang yang tegar.
Setelah itu, Deus melihat temannya dan berlari mendekati temannya, dengan larian kecil khas anak-anak. Sekarang Aire melihat Deus dengan berbeda, bahwa Deus bukan hanya seorang kekanak-kanakan yang tak bisa apa-apa.
Sekarang, Aire selalu mengharapkan sisi kedua Deus datang, karena Aire merasa jatuh cinta dengan sisi kedua Deus.
*Gila, padahal aku jarang (dan nggak terlalu suka) buat cerita tentang cinta, soalnya aku sendiri nggak pernah pacaran atau hal yang sejenisnya, hehehe...*
Anak itu sudah SMA namun kelakuan masih seperti anak SMP, dia terlalu jujur akan segala hal, bahkan kata-katanya sering menusuk hati orang, tapi mau bagaimana lagi? Kejujuran memang menusuk hati.
Sedangkan Aire, adalah teman dari Deus sejak SMP, berawal dari teman sekelas, satu kelompok kerja dan akhirnya sahabat. Tapi apa yang terjadi? Mengapa Aire bisa menangis ditangan sahabatnya yang periang itu? Hal itu adalah yang mustahil sepertinya.
Semua ini berawal dari cinta Aire pada seseorang, seorang lelaki yang dianggapnya sempurna, dia adalah orang yang dekat dengan Aire. Awalnya dia tidak memiliki perasaan apapun terhadap dia, namun seiring berjalannya waktu, ada rasa yang tumbuh dari hati Aire. Dia mengira itu hanya rasa kagum, tapi makin lama semakin bertambah dan akhirnya dia tahu itu cinta.
Semakin dia mendekati orang itu, semakin banyak yang dia ketahui. Lalu, dia merasa terpukul yang sangat dalam, ternyata orang itu sudah mencintai orang lain. Menangis, berteriak memanggilnya, memeluknya dan mengatakan 'I love you', itulah yang diharapkan Aire.
Tak kuasa menahan diri, Aire menceritakan semuanya kepada Deus. Awalnya Deus menanggapinya dengan bercanda dengan harapan Aire kembali tersenyum, namun itu sia-sia, senyum Aire tidak kembali.
Melihat Aire seperti itu, tiba-tiba sesuatu terjadi pada Deus. Pada saat itu kelakuan Deus berubah, raut mukanya menjadi serius, wajahnya terlihata seperti orang lain, dia mengatakan hal yang berbeda dari Deus yang biasanya, yang selalu ceria itu.
Dia mengatakan dengan blak-blakan, bahwa rasa cintanya hanya bertepuk sebelah tangan, bahwa Aire hanya orang yang lemah karena bisa ditundukkan dengan mudah oleh cinta, dia mengatakan hal-hal yang menyakitkan Aire, walaupun Aire tahu bahwa yang dikatakan dari mulut Deus adalah benar, jujur, namun menyakitkan.
Aire akhirnya menangis, dia memeluk Deus dan menyuruh Deus berhenti. Dia tidak marah kepada Deus, karena apa yang dikatakan Deus memang benar, bodoh sekali dirinya bisa ditundukkan dengan mudah oleh cinta.
Deus pun menghibur Aire, kembali Deus mengeluarkan leluconnya seperti biasa, dia kembali seperti semula. Aire menatap Deus, wajahnya kembali seperti Deus yang seperti biasa.
Senyum Aire kembali, dengan kelakuan Deus yang kekanakan itu Aire melihatnya menjadi hal yang lucu. Aire akhirnya sadar, buat apa dia menyesali cinta, buat apa dia menyesali kepergian orang yang disukainya di pelukan orang lain, kalau dia memiliki hal yang lebih berharga dari cinta. Yaitu sahabatnya yang jujur, yang berani berkata kebenaran menyakitkan itu, yang merubah kehidupan Aire menjadi seorang yang tegar.
Setelah itu, Deus melihat temannya dan berlari mendekati temannya, dengan larian kecil khas anak-anak. Sekarang Aire melihat Deus dengan berbeda, bahwa Deus bukan hanya seorang kekanak-kanakan yang tak bisa apa-apa.
Sekarang, Aire selalu mengharapkan sisi kedua Deus datang, karena Aire merasa jatuh cinta dengan sisi kedua Deus.
*Gila, padahal aku jarang (dan nggak terlalu suka) buat cerita tentang cinta, soalnya aku sendiri nggak pernah pacaran atau hal yang sejenisnya, hehehe...*
Komentar