Orang ini datang kepadaku, dia berkata "Bagaimana keadaan semuanya?". Langsung kujawab kalau semuanya baik-baik saja, dengan tersenyum. Aku yang mengetuai acara ini tentu ingin acara ini berjalan lancar, dan tanpa orang ini, mungkin semuanya akan lebih baik.
Noh, nama orang yang awalnya kukagumi, namun kubenci sekarang. Awalnya, aku dengan senang hati saat menjadi ketua dan ditunjuk olehnya, dari ratusan orang, dia menunjuk aku. Selama persiapan, dia selalu memberi saran, mengkritik, membantu dan mendukungku. Aku amat terbantu olehnya.
Yang kukagumi dari dia adalah rasa pedulinya, dia mau menegur orang yang berbuat salah dengan tegas, membantu teman-temannya yang kesulitan dan jujur terhadap segala hal. Ya segala hal, bahkan tentang dirinya.
Sehari sebelum acara, semuanya terlihat sempurna, aku ingin berterima kasih padanya. Aku mencarinya kemana-mana, aku bertanya pada teman-temannya, dan akhirnya aku mendatangi rumahnya. Saat aku ingin berterima kasih padanya, didepan mataku, dia melakukan sesuatu hal yang kuanggap tabu. Dia menggunakan barang-barang terlarang bersama teman-temannya, tak habis pikir orang seperti dia melakukan hal seperti itu. Dari mulutnya asap mengebul kearahku, dia berkata dengan wajah tak bersalah apa mauku. Akhirnya, aku pergi dari sana.
Dari situ aku menemukan suatu hal, semua manusia itu munafik. Orang yang kupikir sempurna, ternyata hanya sampah tak berguna.
Dia melihat diriku dan bertanya "Apa yang sedang kau pikirkan?". Aku menjawab "Adakah orang yang lebih munafik daripada dirimu?"
*This story is a fiction, kalau ada kesamaan nama atau merasa tersinggung, mohon dimaafkan ^_^ *
Noh, nama orang yang awalnya kukagumi, namun kubenci sekarang. Awalnya, aku dengan senang hati saat menjadi ketua dan ditunjuk olehnya, dari ratusan orang, dia menunjuk aku. Selama persiapan, dia selalu memberi saran, mengkritik, membantu dan mendukungku. Aku amat terbantu olehnya.
Yang kukagumi dari dia adalah rasa pedulinya, dia mau menegur orang yang berbuat salah dengan tegas, membantu teman-temannya yang kesulitan dan jujur terhadap segala hal. Ya segala hal, bahkan tentang dirinya.
Sehari sebelum acara, semuanya terlihat sempurna, aku ingin berterima kasih padanya. Aku mencarinya kemana-mana, aku bertanya pada teman-temannya, dan akhirnya aku mendatangi rumahnya. Saat aku ingin berterima kasih padanya, didepan mataku, dia melakukan sesuatu hal yang kuanggap tabu. Dia menggunakan barang-barang terlarang bersama teman-temannya, tak habis pikir orang seperti dia melakukan hal seperti itu. Dari mulutnya asap mengebul kearahku, dia berkata dengan wajah tak bersalah apa mauku. Akhirnya, aku pergi dari sana.
Dari situ aku menemukan suatu hal, semua manusia itu munafik. Orang yang kupikir sempurna, ternyata hanya sampah tak berguna.
Dia melihat diriku dan bertanya "Apa yang sedang kau pikirkan?". Aku menjawab "Adakah orang yang lebih munafik daripada dirimu?"
*This story is a fiction, kalau ada kesamaan nama atau merasa tersinggung, mohon dimaafkan ^_^ *
Komentar