Langsung ke konten utama

Mengejar Trotoar



I've made up my mind,
Don't need to think it over
If I'm wrong, I am right
Don't need to look no further,
This ain't lust
I know this is love
But, if I tell the world
I'll never say enough
'cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do
If I end up with you

[Chorus]
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements?
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere

I build myself up
And fly around in circles
Waitin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it

[Chorus]
Or should I give up
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there

Should I give up
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place should I leave it there
Should I give up
Or should I just keep on chasin' pavements
Should I just keep no chasin' pavements
Ohh oh

[Chorus x2]
(Sumber: http://lirik.kapanlagi.com/artis/adele/chasing_pavements)

Ini adalah video dan lirik lagu Adele yaitu Chasing Pavements, Aku suka video clipnya karena menurutku unik, mereka dengan niatnya menari sambil terbaring seperti itu. Terus liriknya ternyata kalau dibaca dengan seksama akan membuat diriku reaksi "oooohhhh ya ampun, kasihan banget." karena ternyata se-masygul itu lagu ini. *Pertengahan tahun 2012 baru tahu lagu Adele galau, kemane aje?*
Aku baru menyadarinya saat aku diajak sama teman-temanku karaokean dan kita menyanyikan lagu ini. Pas aku nyanyi dan baca liriknya baru ngeh deh emang kasihan amat ini kalau diperhatiin makna lagunya. Biasanya kalau denger di radio atau mana gitu biasa aja (tidak dihayati soalnya, hehe..)

Waktu aku nyari-nyari tentang lagu Adele yang satu ini, ada sebuah urban dictionary yang mengartikan arti Chasing Pavements ini maksudnya apa:

"A fruitless activity. Tring to achieve something that is destined to failure, usually as a result of blind hope."

(Sumber: http://www.urbandictionary.com/define.php?term=chasing%20pavements)

Kemudian saat aku baca dan hubungkan dengan liriknya, rasanya "jleb". Should I give up or should I just keep chasing pavements?, lebih baik aku menyerah atau aku mengejar sesuatu yang aku sudah tahu tidak ada hasilnya.

Aku menghubungkan hal ini bukan dengan cinta atau pacaran, karena pacaran aja belum pernah *curhat*. Ini memang terdengar sangat pesimis mendengar seseorang melakukan sesuatu untuk mengejar sesuatu yang sudah tahu pasti gagal. Kadang memang aku merasa melakukan sesuatu yang menurutku benar dan baik tapi kok disalah-salahin, terus dianggep salah, dikritik, dan lama-lama capek juga. Aku akhirnya merasa memang hal yang kulakukan fruitless, gak ada hasilnya dan hanya buang-buang waktu.

Tetapi tanggal 30 Agustus kemarin aku berkicau di Twitter:






Aku ngetweet ini karena mendapatkan pencerahan dari seorang temanku yang sangat insightful, hehe.. Aku kembali teringat dengan kutipan-kutipan terdahulu yang mengatakan nothing is imposible, semua usaha itu pasti ada maknanya, homo proponit sed Deus disponit, dan juga ayat alkitab yang menyatakan rancanganKu bukanlah rancanganmu. Semua itu kurangkum dan kunyatakan sebagai "tidak ada usaha yang sia-sia."
Menurutku kalau seseorang gagal orang tersebut tetap mendapatkan suatu hal kok dan gak se-fruitless itu. Orang belajar dari kegagalannya kan? Jadi ada pelajaran yang bisa dipetik dari suatu usaha sekecil apapun itu, sebesar apapun itu, seberhasil apapun itu, atau segagal apapun itu. Banyak orang yang bilang kalau orang itu banyak belajar dari prosesnya, bukan hasilnya. Iklan aja bilang berani kotor itu baik, hehe.. Mengacu pada kalimat tiada yang mustahil bagiNya, jadi teruslah berusaha sampai titik darah penghabisan.

Hidup ini penuh tantangan, bukan masalah. Kalau kata bapakke hidup ini tidak pernah mulus. Kalau Adele bilang chasing pavements, coba dia mengejar trotoar yang ada di Indonesia. Dia hidup di Amerika yang trotoarnya mulus, di Indonesia trotoarnya bolong-bolong, banyak yang dagang, motor bisa lewat, bahkan ada jalan tanpa trotoar :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak dan Ibunya yang sedang Menyulam

Seorang anak melihat ibunya sedang menyulam di ruang tamu. Sang ibu duduk di sebuah kursi santai dan mulai menyulam dengan tenang. Tampak telaten ibu tersebut memasukkan benang ke dalam jarum, mulai menusukkan jarum ke kain sulamannya, dan mulai menyulam perlahan-lahan. Sang anak yang penasaran dengan apa yang ibunya lakukan mendatangi ibunya. Dia berlari kecil ke hadapan ibu, dan menarik-narik celana ibunya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. "Ibu ibu, sedang apa sih ibu?". "Ibu sedang menyulam sayang, ibu sedang membuat menyulam gambar seorang anak yang sedang berdoa.". "Ooohhh, hebat sekali ibu." Jawab anak tersebut dengan kagum. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum mendengar komentar anaknya. Tidak berapa lama, anaknya kembali bertanya kepada ibunya "Bu, kok sulamannya tidak berbentuk seperti anak yang sedang berdoa? Kelihatannya malah seperti benang kusut?". Ibunya diam saja namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang berada di

Sindroma Kepala Dua

Hal pertama yang kulakukan sebelum aku menulis postingan ini adalah mengganti judul blog ini. Gak tahu ya hal simpel ini cukup bermakna buatku. Entah kenapa aku memiliki keinginan yang besar untuk menulis sekarang. Tapi aku tidak tahu apa yang ingin kutulis, jadi aku akan mengeluarkan saja semua yang ada di pikiranku sekarang yaa. Baru beberapa hari silam, aku bercengkrama dengan seorang temanku tentang menulis di blog. Aku merasa bahwa tulisanku dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu aku bisa menulis dengan bebas, aku merasa apapun bisa kutulis tanpa mempedulikan apapun, kreativitas bisa kutumpahkan dalam tulisan. Sekarang aku berbeda dengan yang dulu. Aku sekarang lebih memerhatikan gramatika penulisan, aku memerhatikan kohesivitas tulisan dari awal sampai akhir, aku menulis dengan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Aku memang seorang mahasiswa yang mau tak mau harus membuat tulisan-tulisan dengan kaku, perlu mencantumkan sumber, harus memerhatikan berbagai as