Langsung ke konten utama

Anak dan Ibunya yang sedang Menyulam

Seorang anak melihat ibunya sedang menyulam di ruang tamu. Sang ibu duduk di sebuah kursi santai dan mulai menyulam dengan tenang. Tampak telaten ibu tersebut memasukkan benang ke dalam jarum, mulai menusukkan jarum ke kain sulamannya, dan mulai menyulam perlahan-lahan. Sang anak yang penasaran dengan apa yang ibunya lakukan mendatangi ibunya. Dia berlari kecil ke hadapan ibu, dan menarik-narik celana ibunya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. "Ibu ibu, sedang apa sih ibu?". "Ibu sedang menyulam sayang, ibu sedang membuat menyulam gambar seorang anak yang sedang berdoa.". "Ooohhh, hebat sekali ibu." Jawab anak tersebut dengan kagum. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum mendengar komentar anaknya.

Tidak berapa lama, anaknya kembali bertanya kepada ibunya "Bu, kok sulamannya tidak berbentuk seperti anak yang sedang berdoa? Kelihatannya malah seperti benang kusut?". Ibunya diam saja namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang berada di depannya. Anak tersebut masih kecil dan tidak terlalu tinggi sehingga dirinya hanya bisa melihat bagian belakang dari sulaman. Si anak dengan sedikit mendongak melihat ibunya yang masih melanjutkan sulamannya. Ibu kemudian berkata kepada anak tersebut "Coba kamu bersabar dahulu, biarkan ibu menyelesaikan sulaman ibu ya? Sekarang kamu main dahulu saja." Jawab ibu lembut. Anak tersebut kemudian meninggalkan ibunya sendiri di ruang tamu. Kemudian dia pergi ke kamarnya bermain-main dengan mainannya yang berada di dalam sebuah kotak. Anak tersebut bermain di atas tempat tidur dan dirinya sangat semangat memainkan imajinasinya. Akhirnya anak itu kelelahan dan kemudian tertidur bersama mainan-mainannya di atas tempat tidur.

*

Tidak terasa sore pun tiba, matahari masuk dari jendela kamar anak itu. Cahaya matahari masuk dan menyilaukan mata anak tersebut sehingga akhirnya anak tersebut terbangun. Anak itu terduduk di atas kasur, melihat sekeliling, dan terdiam sejenak seperti mengumpulkan nyawanya. Kemudian dia pun keluar dari kamar dengan rambut berantakan dan langsung menuju ruang tamu, didapatinya ibu sudah tidak menyulam tetapi duduk sambil menikmati secangkir teh. Anak tersebut langsung duduk di sebelah ibunya dan meletakkan kepalanya di badan ibunya. Disambutnya kepala anaknya dengan belaian lembut dari ibu, sambil merapikan rambutnya yang sangat berantakan. Anak itu bertanya "Mana ibu sulaman ibu?". "Wah, kamu sudah tidak sabar ya. Coba kamu lihat yang ibu letakkan di atas meja." Kata ibu sambil mengarahkan pandangan anaknya dengan dagunya.

Anak tersebut kemudian melihat ke arah meja dan mendapati kain sulam ibunya, tidak tampak begitu jelas karena dilihat dari jauh. Anak itu melepaskan belaian rambut dari ibunya, berdiri, dan kemudian diambilnya kain sulam ibunya. Sang anak melihat dengan mata berbinar-binar dan penuh kekaguman, benar yang ibu katakan bahwa apa yang ibunya sulam adalah seorang anak yang sedang berdoa. "Bagus sekali ibu." Kata anak tersebut dengan riang. Ibunya tersenyum dan kemudian berkata "Coba kamu balik kain sulam itu.". Di baliknya kain sulam tersebut dan dilihatnya bagian belakang dari kain sulam tersebut. Bertanyalah sang ibu kepada anaknya "Itukah benang kusut yang tadi kamu lihat?". Anak tersebut mengangguk.

"Ayo sini duduk sebelah ibu." Kata ibu sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja, anak itu kemudian duduk di sebelah ibunya. "Kamu tadi berkata sulaman ibu bagus kan? Padahal tadi kamu bilang bagian belakangnya seperti benang kusut." Si anak tersipu malu mendengar kata-kata ibunya. "Hidup manusia itu seperti sulaman ini." Lanjut ibunya bercerita "Kita sering mengeluh kepada Tuhan karena sulitnya hidup kita. Hidup kita bagaikan benang kusut dan sepertinya berat sekali dijalani. Tetapi sebenarnya Tuhan sedang menyulam hidup kita hingga menjadi sebuah sulaman yang indah. Terkadang kita memandang hidup kita seperti kamu tadi memandang bagian belakang dari sulaman ibu, padahal sebenarnya apa yang Tuhan sulam itu adalah sebuah karya yang indah." Ibu terus bercerita kepada anaknya dan sang anak berusaha mencerna apa yang ibunya katakan.

"Kita harus bersyukur dengan kehidupan kita. Tuhan tidak serta merta meninggalkan anak-anaknya hidup seperti benang kusut, karena sebenarnya Tuhan sedang menyulam hidup kita agar menjadi karya yang indah." Cerita ibunya sambil memandangi sulamannya. Sang anak hanya terdiam mendengar cerita ibunya, tampak raut wajah anak itu sedikit bertanya-tanya dengan hal yang ibunya ceritakan. "Ah, ibu jadi bercerita panjang begini. Kamu bingung ya dengan apa yang ibu ceritakan?" Tanya ibu kepada anaknya dengan sedikit tertawa. Anak tersebut hanya bisa terdiam menatap ibunya mendengar kata-katanya. "Ayo kamu mandi sayang, sehabis itu bantu ibu menjadikan sulaman ini taplak meja di ruang tamu.". Anak itu mengangguk kencang dan kemudian berdiri, berlari menuju kamarnya mengambil pakaian. Ibu tersebut melipat rapi sulamannya, ditatapnya sebentar hasil sulamannya. Kemudian anak itu kembali dengan membawa pakaian dan handuk ditangannya sambil menarik ibunya ke kamar mandi. Ibu kemudian meletakkan sulamannya di atas kursi santai.

"Ibu, boleh aku bertanya?" Tanya anaknya sambil menatap ibunya. Sang ibu menatap anaknya dengan wajah bertanya-tanya, "Apakah anak yang berada di sulaman ibu itu aku?". Ibu kemudian tersenyum penuh makna, kemudian masuklah mereka ke dalam kamar mandi.

*

(Terinspirasi dari khotbah pak Yohanes Istia hari ini. Tema: Tuhan Menghajarku, Mazmur 94:12 - 15)

Komentar

Unknown mengatakan…
Mohon maaf diluar topik Bunda, kami sedang mencari Reseller & Dropshipper Pakaian Bayi dan Anak
Kami menawarkan berbagai produk dengan harga sangat sangat bersaing.

Silahkan Bunda kunjungi Online Shop Baju Bayi dan Anak kami di:
web: bajubajubayi.blogspot.com
facebook : Baju Baju Bayi

Postingan populer dari blog ini

Sindroma Kepala Dua

Hal pertama yang kulakukan sebelum aku menulis postingan ini adalah mengganti judul blog ini. Gak tahu ya hal simpel ini cukup bermakna buatku. Entah kenapa aku memiliki keinginan yang besar untuk menulis sekarang. Tapi aku tidak tahu apa yang ingin kutulis, jadi aku akan mengeluarkan saja semua yang ada di pikiranku sekarang yaa. Baru beberapa hari silam, aku bercengkrama dengan seorang temanku tentang menulis di blog. Aku merasa bahwa tulisanku dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu aku bisa menulis dengan bebas, aku merasa apapun bisa kutulis tanpa mempedulikan apapun, kreativitas bisa kutumpahkan dalam tulisan. Sekarang aku berbeda dengan yang dulu. Aku sekarang lebih memerhatikan gramatika penulisan, aku memerhatikan kohesivitas tulisan dari awal sampai akhir, aku menulis dengan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Aku memang seorang mahasiswa yang mau tak mau harus membuat tulisan-tulisan dengan kaku, perlu mencantumkan sumber, harus memerhatikan berbagai as

Mengejar Trotoar

I've made up my mind, Don't need to think it over If I'm wrong, I am right Don't need to look no further, This ain't lust I know this is love But, if I tell the world I'll never say enough 'cause it was not said to you And that's exactly what I need to do If I end up with you [Chorus] Should I give up, Or should I just keep chasin' pavements? Even if it leads nowhere Or would it be a waste Even if I knew my place Should I leave it there Should I give up, Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere I build myself up And fly around in circles Waitin' as my heart drops And my back begins to tingle Finally, could this be it [Chorus] Or should I give up Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere Or would it be a waste Even if I knew my place Should I leave it there Should I give up Or should I just keep chasin' pavements Even if it leads nowhere Or would