Langsung ke konten utama

The Best Guru of Your Life is Your Life

Pengalaman adalah guru terbaik, begitu kalimat yang orang-orang sering katakan dan sering kudengar. Tidak terasa sudah setahun aku menjalani hidupku ini dan sekarang aku berada di penghujung tahun 2012. Hari ini tanggal 31 Desember 2012, melewati hari-hariku yang membosankan di kamar sambil melakukan refleksi hidup. Katanya aku harus melihat pakai teleskop dan jangan kaleidoskop terus. Tapi sekarang aku mau melihat hidupku melalui kaleidoskop, agar aku dapat melihat dunia melalui teleskop dengan lebih berwarna-warni seperti warna-warni kaleidoskop. Aku mau mengungkapkan pelajaran-pelajaran yang kudapatkan selama tahun 2012. Pelajaran kalau hanya dipendam untuk sendiri tidak akan ada gunanya toh. Hmm, aku tidak bisa mengurutkan dari bulan Januari sampai Desember sih. Let me share the lesson of life I got as far as I remember.

*Aku belajar untuk melihat suatu hal dari kacamata orang lain. Suatu kejadian memang bisa memiliki banyak sudut pandang dan inilah yang membuat aku harus kritis dalam menyikapinya. Mungkin buat diriku aku merasa suatu hal itu remeh, tapi bisa saja hal tersebut berharga untuk orang lain. Setelah tahu banyak cerita dari berbagai sudut pandang, kamu akan mengerti bagaimana suatu hal bisa terhubung dengan hal-hal lainnya. Ketika suatu kisah yang sudah bertahun-tahun lamanya terungkap lagi dan kamu baru menyadari hubungan antara satu kejadian dan kejadian lainnya. Dari hal inilah aku belajar memahami keadaan orang lain dengan belajar menggunakan kacamata orang lain untuk melihat dunia.

*Aku belajar untuk menghilang. Bukan menghilang seperti ninja ya, haha.. Tapi benar-benar 'menghilang', hilang jejak tanpa orang-orang tahu di mana keberadaanku. Dalam keadaan aku menghilang ini aku belajar bahwa dunia ini masih membutuhkan setiap orang yang ada untuk dapat saling melengkapi. Satu orang dapat memberikan dampak yang besar kepada orang lain. You are unique just like everyone else, you are special just like everyone else. Kalau kamu tidak ada, bukan hanya kamu saja yang rugi tapi juga orang-orang disekelilingmu. Kamu begitu berharga, orang lain juga sama berharganya dengan dirimu.

*Aku belajar untuk memahami apa yang orang lain ingin sampaikan kepada diriku. Belajar hermeneutika membuat aku menyadari bahwa interpretasi adalah hal yang penting untuk dipahami karena salah interpretasi bisa saja menyebabkan suatu kehancuran. Roland Barthes pernah membuat essay tentang "The Death of the Author", bahwa saat suatu karya diterbitkan maka semua orang bebas untuk menginterpretasi karya tersebut dan interpretasinya bisa berbeda-beda bahkan berbeda dari yang ingin disampaikan oleh penulis. Contoh paling sederhana adalah ketika sedang SMS atau sedang ngobrol dengan teman, bisa saja apa yang kutangkap berbeda dengan maksud dari teman yang sedang kuajak SMS atau ngobrol. Belajar hal ini membuat aku berusaha untuk tidak membuat asumsi sendiri dari kata-kata orang lain. Aku berusaha untuk paham betul dengan maksud orang lain dan tidak berusaha membuat asumsi-asumsi yang belum tentu benar.

*Aku belajar tentang kedewasaan. Hal yang kupelajari adalah bahwa sebenarnya dewasa atau anak-anak belum memiliki batasan yang jelas, yaa walaupun Erik Erikson menyatakan bahwa dewasa muda adalah mereka yang memasuki usia 20 tahun dalam tahap perkembangan psikososial. Semasa SMA aku ingat guru matematikaku pernah mengatakan "Dewasa itu syaratnya dua, yaitu ketika kamu tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri dan bisa membedakan yang baik dan yang salah.". Aku selalu merasa kalau aku adalah orang yang di dewasakan terlalu cepat, tapi seiring bertambahnya usia aku malah merasa kalau aku kekanak-kanakan. Hal yang kupelajari adalah bahwa dewasa atau tidak dirimulah yang harus menyadarinya. Orang lain mungkin dapat mengatakan kamu dewasa atau tidak, tetapi kamu sendiri yang harus sadar apakah arti kedewasaan untuk dirimu.

*Berhubungan dengan hal yang sebelumnya, aku belajar bahwa aku ternyata tidak tahu banyak tentang diriku. Semakin aku tahu tentang diriku, semakin aku menyadari bahwa aku tidak mengenali diriku sendiri, itulah yang kurasakan. Semakin aku mengenal dunia, semakin aku menyadari betapa banyaknya hal yang tidak kuketahui akan dunia ini. Semakin tahu maka semakin sadar bahwa tidak banyak tahu, itu yang kudapatkan. Gnothi Seauton, Know Thyself, karena lebih sulit untuk memahami diri sendiri dibandingkan memahami orang lain.

*Aku belajar untuk kehilangan dan belajar mengenai perpisahan. Temanku pernah mengatakan "Perpisahan yang menyakitkan itu menandakan kebersamaan yang indah.". Aku menggunakan istilah ini tidak hanya kepada manusia tapi juga kepada benda. Aku sudah beberapa bulan ini kehilangan "Billy's Thought Book" yang isinya sudah ada ratusan kutipan. Aku benar-benar kehilangan dan selama beberapa hari aku menjadi berperforma tidak maksimal. Lama-kelamaan aku belajar kalau hidup ini terus bergulir, life goes on with on without you. Kalau hubungannya dengan manusia, aku beberapa kali mengucapkan "sampai jumpa" kepada orang lain tetapi tidak mengucapkan "selamat tinggal". I'd rather use "see you later" than "good bye". Meskipun terkadang saat kamu mengucapkan "sampai jumpa lagi" kamu tidak akan tahu kamu akan bertemu dengan dirinya. Tapi saat mengucapkan "selamat tinggal" orangnya malah muncul lagi, haha..

*Aku kembali baca-baca blogku lagi dan ternyata sejak bulan April (saat aku mulai aktif menulis blog lagi), banyak yang terjadi ternyata. Aku jadi belajar bahwa words are more powerful than sword. Aku ingat aku menulis suatu postingan di blog ini yang sangat negatif dan aku ingat aku disalahkan pada saat itu karena membuat seseorang gagal, hehe.. Maaf ya yang terpengaruh aura-aura negatif tulisan tersebut. Tapi aku juga ingat saat aku memaafkan dia ketika ternyata kegagalannya yang dianggap sudah pasti hanya pikirannya semata. Sebenarnya dari kejadian ini sih aku belajar untuk tidak membuat asumsi akan kata-kata orang lain karena ya memang kata-kata dapat memberikan dampak yang kuat terhadap orang lain. Tidak hanya kata-kata sih, keberadaan orang lain saja sudah memberikan dampak.

Hmm, apa lagi ya? Banyak sekali yang kupelajari tahun ini dan ketujuh hal di atas adalah pelajaran-pelajaran yang kuingat sejauh ini. Mungkin setelah aku post akan muncul lagi di otakku pelajaran-pelajaran lainnya. Setelah aku perhatikan pelajaran-pelajaran yang kudapatkan, menurutku ada satu hal yang dapat merangkum pelajaran-pelajaran ini dan hal tersebut baru saja kupost dalam post yang sebelumnya :) Yaa, sepertinya kata-kata manusia biru kepada Eddie dalam buku Mitch Albom merangkum apa yang kupelajari selama tahun 2012 ini. Mungkin ini yang dimaksud dengan butterfly effect, ketika satu hal dapat memberikan dampak lain kepada orang lain yang bahkan mungkin kepada orang lain yang tidak kita kenal.

Selamat malam tahun baru semuanya, semoga di tahun 2013 ada pelajaran-pelajaran baru yang bisa dipetik. Carpe diem, tapi ingat juga homo proponit sed Deus disponit, haha.. ;)
~Did I just say carpe diem? Oh well...

Komentar

theo noya mengatakan…
yeah. that's right. carpe diem!
eh, btw aku kenal kata2 di poin 5 tuh.
Christ Billy Aryanto mengatakan…
Carpe diem dengan syarat dan ketentuan berlaku, hehe..
Ya temanku, aku tahu kau pasti begitu mengenal kata-kata tersebut :)
theo noya mengatakan…
ah, kamu terlalu menilai negatif carpe diem.
Christ Billy Aryanto mengatakan…
Interpretasiku terhadap carpe diem kan mungkin saja berbeda denganmu. Makanya syarat dan ketentuan berlaku, hehe..

Postingan populer dari blog ini

Anak dan Ibunya yang sedang Menyulam

Seorang anak melihat ibunya sedang menyulam di ruang tamu. Sang ibu duduk di sebuah kursi santai dan mulai menyulam dengan tenang. Tampak telaten ibu tersebut memasukkan benang ke dalam jarum, mulai menusukkan jarum ke kain sulamannya, dan mulai menyulam perlahan-lahan. Sang anak yang penasaran dengan apa yang ibunya lakukan mendatangi ibunya. Dia berlari kecil ke hadapan ibu, dan menarik-narik celana ibunya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. "Ibu ibu, sedang apa sih ibu?". "Ibu sedang menyulam sayang, ibu sedang membuat menyulam gambar seorang anak yang sedang berdoa.". "Ooohhh, hebat sekali ibu." Jawab anak tersebut dengan kagum. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum mendengar komentar anaknya. Tidak berapa lama, anaknya kembali bertanya kepada ibunya "Bu, kok sulamannya tidak berbentuk seperti anak yang sedang berdoa? Kelihatannya malah seperti benang kusut?". Ibunya diam saja namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang berada di ...

Sindroma Kepala Dua

Hal pertama yang kulakukan sebelum aku menulis postingan ini adalah mengganti judul blog ini. Gak tahu ya hal simpel ini cukup bermakna buatku. Entah kenapa aku memiliki keinginan yang besar untuk menulis sekarang. Tapi aku tidak tahu apa yang ingin kutulis, jadi aku akan mengeluarkan saja semua yang ada di pikiranku sekarang yaa. Baru beberapa hari silam, aku bercengkrama dengan seorang temanku tentang menulis di blog. Aku merasa bahwa tulisanku dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu aku bisa menulis dengan bebas, aku merasa apapun bisa kutulis tanpa mempedulikan apapun, kreativitas bisa kutumpahkan dalam tulisan. Sekarang aku berbeda dengan yang dulu. Aku sekarang lebih memerhatikan gramatika penulisan, aku memerhatikan kohesivitas tulisan dari awal sampai akhir, aku menulis dengan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Aku memang seorang mahasiswa yang mau tak mau harus membuat tulisan-tulisan dengan kaku, perlu mencantumkan sumber, harus memerhatikan berbagai as...

Sebuah Mimpi Tentang Pendeta

Judul ini merupakan judul salah satu sebuah file text document di my document laptopku. Aku buat ini tanggal 3 Januari untuk mimpiku tanggal 2 Januari. Sebenarnya aku lupa kenapa aku tiba-tiba menuliskan tentang mimpi ini, hal kuingat adalah saat aku bangun tidur setelah mimpi ini aku secara otomatis menyalakan laptop dan mengetik apa yang ada dalam mimpiku tanggal 2 Januari tersebut. Jadi inilah yang kuketik dalam file tersebut dengan pengubahan seperlunya... 2 Januari 2013 Seorang pendeta sedang khotbah di atas mimbar. Semua jemaatnya sibuk sendiri. Ada yang ngobrol sama sebelahnya, ada yang mainan HP, ada yang lebih sibuk mengurusi anaknya. Kemudian pendeta tersebut terdiam dan turun dari mimbarnya, tapi tidak ada yang sadar kalau pendetanya sudah pergi. Tiba-tiba pendeta itu menghampiri aku dan seorang teman gereja dan mengajak kami 'nongkrong'. Kami ngobrol di lantai, di depan sebuah pintu entah di mana. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol sampai akhirnya aku bertanya ...