Langsung ke konten utama

AXIS Saved my Life

Pengalaman seru diriku sewaktu memakai AXIS and here is my story.

One time (I forgot when), there is a journalistic task to interview someone, orangnya bebas, siapapun bisa, dan isinya adalah tentang bisnis wirausaha dan teman-temannya itu. Akhirnya, kucari lah orang yang mau diwawancara. NAH, akhirnya aku memutuskan buat mewawancarai kakak iparku sendiri, yang punya usaha baju hamil (jadi promosi).

Unfortunately, dia lagi ada di jauh ujung dunia, di Jakarta Barat, padahal diriku yang renta ini tinggal di Bekasi. Aku nggak bisa pergi ke sana karena pasti bakalan nyasar, sedangkan dia di Jakarta Barat itu nginep. Akhirnya, susah lah dia untuk dihubungi secara langsung. Padahal deadlinenya waktu itu tinggal 2 hari. Udah stress gitu, aku akhirnya nonton TV untuk menenangkan diriku sejenak. Anehnya, setiap ganti channel, pasti ada aja iklan AXIS. Memang waktu itu aku udah tahu kalo AXIS punya promo nelpon sepuasnya yang cuma bayar Rp.299.

Tiba-tiba, diriku teringat suatu hal, kalo kakak iparku punya nomor AXIS. Kalau nggak bisa diwawancara langsung, kenapa nggak ditelpon aja? Diriku yang waktu itu belum punya AXIS langsung lari mencari nomor perdana AXIS.

Utak-atik HP, ganti nomor, kutelpon lah kakak iparku, and you know what? I spent more than 1 hour. Tapi pulsanya cuma berkurang sedikit banget, GILAAAAAAAA KEREN BANGET AXIS.

Thank you AXIS, because of you I got 95 in journalistic :D :D :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak dan Ibunya yang sedang Menyulam

Seorang anak melihat ibunya sedang menyulam di ruang tamu. Sang ibu duduk di sebuah kursi santai dan mulai menyulam dengan tenang. Tampak telaten ibu tersebut memasukkan benang ke dalam jarum, mulai menusukkan jarum ke kain sulamannya, dan mulai menyulam perlahan-lahan. Sang anak yang penasaran dengan apa yang ibunya lakukan mendatangi ibunya. Dia berlari kecil ke hadapan ibu, dan menarik-narik celana ibunya untuk mendapatkan perhatian dari ibunya. "Ibu ibu, sedang apa sih ibu?". "Ibu sedang menyulam sayang, ibu sedang membuat menyulam gambar seorang anak yang sedang berdoa.". "Ooohhh, hebat sekali ibu." Jawab anak tersebut dengan kagum. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum mendengar komentar anaknya. Tidak berapa lama, anaknya kembali bertanya kepada ibunya "Bu, kok sulamannya tidak berbentuk seperti anak yang sedang berdoa? Kelihatannya malah seperti benang kusut?". Ibunya diam saja namun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang berada di ...

Sindroma Kepala Dua

Hal pertama yang kulakukan sebelum aku menulis postingan ini adalah mengganti judul blog ini. Gak tahu ya hal simpel ini cukup bermakna buatku. Entah kenapa aku memiliki keinginan yang besar untuk menulis sekarang. Tapi aku tidak tahu apa yang ingin kutulis, jadi aku akan mengeluarkan saja semua yang ada di pikiranku sekarang yaa. Baru beberapa hari silam, aku bercengkrama dengan seorang temanku tentang menulis di blog. Aku merasa bahwa tulisanku dulu dan sekarang itu berbeda. Dulu aku bisa menulis dengan bebas, aku merasa apapun bisa kutulis tanpa mempedulikan apapun, kreativitas bisa kutumpahkan dalam tulisan. Sekarang aku berbeda dengan yang dulu. Aku sekarang lebih memerhatikan gramatika penulisan, aku memerhatikan kohesivitas tulisan dari awal sampai akhir, aku menulis dengan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Aku memang seorang mahasiswa yang mau tak mau harus membuat tulisan-tulisan dengan kaku, perlu mencantumkan sumber, harus memerhatikan berbagai as...

Sebuah Mimpi Tentang Pendeta

Judul ini merupakan judul salah satu sebuah file text document di my document laptopku. Aku buat ini tanggal 3 Januari untuk mimpiku tanggal 2 Januari. Sebenarnya aku lupa kenapa aku tiba-tiba menuliskan tentang mimpi ini, hal kuingat adalah saat aku bangun tidur setelah mimpi ini aku secara otomatis menyalakan laptop dan mengetik apa yang ada dalam mimpiku tanggal 2 Januari tersebut. Jadi inilah yang kuketik dalam file tersebut dengan pengubahan seperlunya... 2 Januari 2013 Seorang pendeta sedang khotbah di atas mimbar. Semua jemaatnya sibuk sendiri. Ada yang ngobrol sama sebelahnya, ada yang mainan HP, ada yang lebih sibuk mengurusi anaknya. Kemudian pendeta tersebut terdiam dan turun dari mimbarnya, tapi tidak ada yang sadar kalau pendetanya sudah pergi. Tiba-tiba pendeta itu menghampiri aku dan seorang teman gereja dan mengajak kami 'nongkrong'. Kami ngobrol di lantai, di depan sebuah pintu entah di mana. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol sampai akhirnya aku bertanya ...